Alhamdulillah wa
syukurillah, segala puji bagi Allah SWT dan syafa’at beliau Rosulullah SAW
serta barokah nadhroh beliau Ghoutsu hadaz zaman RA.
Smawa On Wall edisi kali ini
menampilkan beberapa rubric yang dapat disajikan diantaranya yang membahas
tentang Mujahadah Kubro Ceremonial Virtual Gelombang Pertama.
Pada (17/02/22)
telah berlangsung Mujahadah Kubro Ceremonial Virtual Gelombang Pertama dalam
memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan Haul Mbah K.H Abdul Madjid
Ma’roef QS wa RA yang di sponsori oleh Khodimul Wahidiyah dan bertempat di
PonPes Kedunglo Al – Munadhoroh.
Acara
ini hanya dihadiri oleh sebagian santri tanpa adanya para pengamal dan tamu
undangan dengan tetap mematuh protokol kesehatan. Bagi para pengamal Wahidiyah
yang ingin mengikuti mujahadah kubro bisa menyaksikan via 'Kedunglo Live
Streaming'. Acara diawali dengan tasyafu’an dan istighoutsah dipandu oleh
Bapak Hendrik Wibowo selaku protokol pada sekitar pukul 20.00 WIB.
Acara di lanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Al - Qur’an, yang di
kumandangkan oleh Bapak
Abdul Aziz. Selanjutnya, acara ketiga adalah muqodimah
sholawat wahidiyah yang di imami oleh Bapak Mawardi. Disambung acara keempat
yaitu pembacaan kalimah toyyibah tahlil yang diimami oleh Ibu Binti Nafi’atul
Ma’rifah, M.Pd.I. Sebelum memasuki acara selanjutnya, saudara protokol memimpin
tasyafuan dan istighoutsah untuk menyongsong kerawuhan Beliau Hadrotul Mukarrom
Kanjeng Kyai Abdul Majid Ali Fikri RA.
( Beliau Kanjeng Kyai rawuh ke arena mujahadah kubro )
Dilanjutkan
acara kelima yaitu kuliah Wahidiyah yang di sampaikan oleh Bapak Muhammad
Syifaul Umam, M.H.I. Di dalam penyampaian kuliah wahidiyahnya, beliau mengajak
audiens untuk mengenal siapa Mbah Yahi? apa yang di perjuangkan Mbah Yahi? dan
pada kesimpulan yang beliau jelaskan berisi bahwa Mbah Yahi mengajarkan kita
untuk membuang keraguan kepada Allah SWT supaya amalan kita di terima oleh
Allah SWT. Serta senantiasa memperjuangkan amalan kita dengan ikhlas dan tanpa
ria.
“Karena Mujahadah Kubro pada hari ini dalam rangka peringatan isra’
mi’raj sekaligus Haul Mbah Yahi, jadi alangkah baiknya dan yang paling tepat
menurut saya kita mengenalkan Mbah Yahi. Jadi sebagai tanda atau menandai
peringatan Haul Mbah Yahi QS wa RA. Sehingga di harapkan Khodimul Wahidiyah itu
kenal siapa sebenarnya Mbah Yahi kemudian apa yang di perjuangkan oleh Mbah
Yahi.” kata Pak Syifaul singkat dalam wawancaranya ketika ditanyai mengenai
alasan beliau mengapa beliau mengajak audiens untuk mengenal sosok Mbah Yahi.( Bapak Syifaul Umam
menyampaikan kuliah wahidiyah )
Setelah
penyampaian kuliah wahidiyah, di lanjutkan dengan Fatwa dan Amanat Hadrotul
Mukarrom Kanjeng Kyai Abdul Madjid Ali Fikri QS wa Ra. Di dalam Fatwa dan
Amanat beliau mendawuhkan jika seseorang yang baru mengamalkan wahidiyah oleh
beliau Mbah Yahi Madjid di bimbing dan di tuntun untuk melaksanakan mujahadah
40 hari, dimana mujahadah 40 hari ini di laksanakan bagi seseorang yang baru
mengamalkan wahidiyah dengan aurod atau
bilangan yang sesuai dengan lembaran sholawat wahidiyah selama 40 hari
berturut-turut tidak terputus, bila terpaksa terputus maka di tuntun untuk
mengulang lagi 40 hari hingga terlaksana berurutan tanpa terputus.
Bila
seseorang selesai melaksanakan mujahadah 40 hari, selanjutnya beliau Mbah Yahi
menuntunkan di dalam mengamalkan sholawat wahidiyah yakni melaksanakan mujahadah
yaumiyah. Mujahadah yaumiyah yakni mujahadah yang di laksanakan setiap hari
yang di lakukan oleh keluarga di rumah masing-masing atau dimana saja berada. Adapun
waktunya ini terserah sesuai waktu yang di miliki, bisa setelah magrib maupun
setelah isya’ dan setiap malam menjelang subuh,pagi atau bahakan siang hari,
tetapi Mujahadah Yaumiyah ini di laksanakan satu hari sekali.
Setelah
Mujahadah Yaumiyah, Mbah Yahi menuntunkan pengamal Wahidiyah untuk melaksanakan
mujahadah usbuiyah. Dimana mujahadah usbuiyah ini adalah pengamalan sholawat wahidiyah
oleh pengamal wahidiyah seminggu sekali dalam lingkup satu Desa/RT, maka para
pengamal wahidiyah setiap seminggu sekali berkumpul untuk melaksanakan mujahadah
usbuiyah. Setelah mujahadah usbuiyah, Mbah Yahi menuntunkan untuk melaksanakan mujahadah
syahriah. Mujahadah syahriah dilaksanakan sebulan sekali dalam lingkup satu
kecamatan, maka pengamal wahidiyah dalam lingkup kecamatan berkumpul di suatu
tempat yang di sepakati untuk melaksanakan mujahadah syahriah.
Setelah mujahadah syahriah, di lanjutkan dengan mujahadah rubu’usanah
atau triwulan. Dimana mujahadah rubu’usanah ini salah satu rangkaian sholawat
Wahidiyah oleh pengamal Wahidiyah yang di laksanakan 3 bulan sekali dalam
lingkup satu kota/kabupaten. Maka pengalaman Wahidiyah dalam lingkup satu
kota/kabupaten ini setiap 3 bulan sekali berkumpul untubersama-sama bermujahadah mengamalkan sholawat
wahidiyah.
Selanjutnya setelah mujahadah rubu’usanah, Mbah Yahi menuntunkan para
pengamal wahidiyah untuk melaksanakan Mujahadah Nisfu's anah. Dimana Mujahadah
Nisyfu’sanah ini adalah pengamalan
Sholawat Wahidiyah bagi para pengamal Wahidiyah setahun 2 kali dalam lingkup
satu provinsi. Maka para pengamal
Wahidiyah yang berada dalam satu provinsi setahun 2 kali atau secara Ceremonial
biasanya setahun sekali ini melaksanakan Mujahadah nisfusannah di daerah-daerah yang
di sepakati dan dalan satu provinsi tertentu.
Maka
para hadirin hadirot, puncak dari pengamalan sholawatul wahidiyah tadi dimulai dari mujahadah penyongsongan
atau mujahadah
40 harian, kemudian mujahadah
yaumiyah,
kemudian mujahadah
usbuiyah,
kemudian mujahadah
syahriah,
kemudian mujahadah rubu’usanah, kemudian mujahadah nisfusannah dan yang
terakhir adalah mujahadah
kubro.
( Beliau Kanjeng Kyai mengajak audien
untuk bermujahadah )
Sebagai penutup, beliau mendawuhkan jika
para pengamal betul -
betul berusaha menjadi pengamal wahidiyah yang sesuai
dengan apa yang di tuntunkan oleh beliau Mbah Yahi, muallif sholawatul wahidiyah maka kita harus
berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan tuntunan - tuntunan
dalam mengamalkan sholawat
wahidiyah.
Jangan sampai mata rantai pengamalan sholawat wahidiyah ini kita terputus atau
terlewatkan. Selanjutnya acara
di tutup dengan
nida’
4 penjuru oleh saudara
protokol.
Demikian isi artikel tentang
kegiatan mujahadah kubro gelombang pertama. Semoga pandemi
Covid-19 segera berakhir dan semoga di beri kesehatan bagi para pengamal
Wahidiyah dimana pun berada.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan kata, kami mohon maaf yang sebesar -
besarnya.
No comments:
Post a Comment