PERSAHABATAN
RAKSASA
28 Juni 2014 pukul 16:15
“maaf tuan putri, anda mendapat
perintah untuh menghadap sang Raja..”
“iya, ku penuhi panggilannya.
Pergilah..”
“baik tuan Putri”
Kemudian, Putri Akeela menuju ruang
sang Raja.
“Ayah memanggilku? ada apa?”
“haii my Little Princess..”
“Ayaaah.. aku bukan Akeela kecil
lagi, aku sudah besar ayah.”
“apakah Ayah salah? Bagiku kau tetap
Little Princess-ku yang segala-galanya bagiku termasuk kebahagiaanmu. Sudah
3hari kau mengurung diri dikamar, kenapa? Aku lebih suka melihatmu ceria dan
bermain bersama teman-temnmu.”
“em, iya Ayah, aku sedang malas saja
keluar.”
“hei.hei.hei. ! apa katamu? Malas?
Anak Ayah tidak boleh ada kata malas! Sekarang Ayah minta untuk mengambilkan
buah Berry di Hutan, dan Ayah tidak akan membiarkanmu sendiri. Ayah akan
mencarikanmu teman untuk menemanimu kesana”.
“baik ayah.”
Putri Akeela mendapat tugas dari
sang Raja untuk mengambil buah Berry di hutan, dan ia langsung kesana bersama
teman-temannya. Sebenarnya tujuan sang Raja memberi tugas ini agar Putri Akeela
tidak mengurung diri dikamar terus menerus.
“hahha...”
“Putri tunggu.. kau berlari sangat
kencang..”
“Ayoo kejar akuuu.”
Mereka berlarian, hingga tak terasa
mereka telah masuk hutan terlalu jauh.
“ini dia buah Berrynya. Setelah ini
kita bisa kembali ke istana”.
Setelah mengambil buah Berry
secukupnya, mereka mencari jalan pulang. Dan langkah Putri Akeela terhenti
didepan Goa. Dan ketika Putri Akeela melangkahkan kaki kesana..
“tunggu! Kita tidak boleh kesana.
Karena itu tempat raksasa tinggal.”
“hahaha.. raksasa? Mana mungkin.
Yang terlihat diujung sana hanyalah pemandangan yang indah. ”
Teman-temannya tidak dapat mencegah
Putri Akeela untuk tidak masuk kesana, karena itu adalah hutan ilusi (ghaib).
Yang Putri Akeela lihat itu hanyalah hayalannya saja, bahkan matahari pun tidak
bisa menembusnya. Semua teman-temannya kebingungan dan kemudian pasrah
mengikuti Putri Akeela.
“tempat apa ini? Kok gelap begini.
Tadi bukankah hutan yang hijau dengan pemandangan yang indah? Kenapa jadi
begini?”
Putri Akeela terus memandangi satu
persatu benda disekitarnya. Tampak aneh semua dimatanya.
“kan saya sudah mengatakan, bahwa
ini hutan ilusi tempat raksasa tinggal. Putri tidak mau mendengarkanku. Sulit
bagi kita untuk keluar dari sini.”
“jangan menakut-nakuti aku! Kita
pasti bisa keluar.”
Karena dari istana hingga masuk Goa
adalah perjalanan yang jauh, Putri Akeela merasa lelah, dan akhirnya tertidur
dibawah pohon. Sedang dua temannya tidur disebelah Putri Akeela untuk
menjaganya.
Saat membuka mata hanya ada
manusia-manusia besar yang mengerikan.
“huahahahaha.. hari ini, kita bisa
makan daging manusia”
Putri Akeela terlihat sangat
ketakutan,
“Bagaimana ini temanku?”
“entahlah putri, kita harus bisa
keluar dari rumah raksas ini”.
Tiba-tiba Raksasa jahat itu
memanggil budaknya dan meminta untuk menjaga tawanan selama mereka pergi
mencari bahan untuk nanti memasak Putri Akeela dan kawan-kawan. Raksasa ini
baik, tak seperti majikannya itu, dia merasa kasihan dengan Putri Akeela dan
teman-temannya. Raksasa nekat untuk melepaskan ikatan mereka dan membiarkan
Putri Akeela bersembunyi dirumah Raksasa baik itu.
Dirumah Raksasa, Putri Akeela
dan teman-temannya disambut dengan baik oleh anaknya yang bernama Hidimba.
“hu..hu.. aku ingin pulang..aku
ingin bertemu Ayah.. aku rindu istanaku”
“Sabar Putri, kau tak bisa keluar
dari hutan ilusi ini begitu saja, karena nanti kau bisa saja ditangkap oleh
majikan orangtuaku sekaligus Raja kami. Untuk pergi dari sini, kita harus
membuat strategi. Dan sementara waktu tetap tinggallah disini”
Selain teman-temannya, Hidimba juga
berusaha menenangkan Putri Akeela. Dan tak terasa 1minggu Putri Akeela didalam
hutan ilusi itu, Putri Akeela ditunjukkan banyak hal oleh Hidimba tentang dunia
Raksasa, Putri Akeela sangat senang, selama 7 hari dihutan Putri Akeela tidak
merasa ketakutan ataupun sedih karena Hidimba jauh berbeda dengan
Raksasa-raksasa yang Putri Akeela bayangkan yang memiliki watak selalu jahat.
Dalam bahagia Putri Akeela, Raja Raksasa memang sedang mencari Putri Akeela dan
teman-temannya, dia marah besar saat mengetahui tawanannya lepas, bahkan
ancaman mati untuk orangtua Hidimba, Putri Akeela merasa bersalah. Putri Akeela
tidak mau meninggalkan hutan, dan mengatakan kepada dua temannya untuk
menjalankan strategi yang telah disusun selama 7 hari untuk keluar dari hutan
ini sendiri.
“tidak bisa begitu Putri, bagaimana
dengan Ayahmu? Jikalau kau tetap tinggal disini?”
“tapi aku tidak bisa meninggalkan
Hidimba dan keluarganya.. aku merasa sangat bersalah. Aku berhutang budi pada
mereka.”
“pergilah Putri, aku, Ayah, Ibu
tidak keberatan jika kau pergi.”
Sahut Hidimba tiba-tiba.
“Tapi, pershabatan kita?”
“kita berbeda Putri, aku Raksasa,
sedangkan kau adalah manusia.”
“apakah ada aturan dalam bersahabat?”
“jangan bersikeras kau putri. Alam
kita dan alam Hidimba berbeda. Bagimana kalian bisa bersatu.”
Dua teman Putri mempertegas.
“benar apa kata dua temanmu Putri.
Sudah, pergilah.. kembalilah ke istanamu. Kita memang tidak akan pernah
bersatu, dan tidak akan bertemu lagi setelah kejadian ini, tapi sahabat
tetaplah sahabat selamanyaa..”
Putri Akeela menangis haru, dan
kemudian pergi bersama kedua temannya untuk kembali keistana.
“Hidimba.. kau akan tetap menjadi
sahabatku. Iya, Sahabatku, S E L A M A N Y A.” (memeluk barang pemberian
Hidimba)
~ The End ~
No comments:
Post a Comment